Minggu, 09 Mei 2010

Hubungan soft skill dan perilaku korupsi

Soft skill adalah istilah sosiologis yang berkaitan dengan seseorang “EQ”(Emotional Intelligence Quotient) optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft skill melengkapi keras keterampilan (bagian dari seseorang IQ), yang merupakan persyaratan pekerjaan dari pekerjaan dan kegiatan lainnya.
seseorang lembut A keterampilan EQ adalah bagian penting dari kontribusi masing-masing untuk keberhasilan sebuah organisasi. Terutama yang berhubungan dengan organisasi pelanggan untuk wajah-wajah umumnya lebih berhasil jika mereka melatih staf mereka untuk menggunakan keterampilan ini. Skrining atau pelatihan untuk kebiasaan pribadi atau ciri-ciri seperti keteguhan dan hati nurani dapat menghasilkan return yang signifikan terhadap investasi bagi suatu organisasi. Untuk alasan ini, soft skill semakin dicari oleh pengusaha di samping kualifikasi standar.
Ia telah mengemukakan bahwa dalam beberapa profesi soft skill mungkin lebih penting dalam jangka panjang dari keterampilan kerja. Profesi hukum adalah salah satu contoh dimana kemampuan untuk berhubungan dengan orang secara efektif dan sopan, lebih dari sekadar keterampilan kerja mereka, dapat menentukan keberhasilan profesional dari pengacara.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas|kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.



Hubungan softskill dengan perilaku korupsi:

Hubungan soft skill dengan perilaku korupsi sangat tidak terhubung karena jika orang yang mempunyai soft skill yang bagus mungkin dia akan berfikir dengan matang bagaimana cara mendapatkan uang dan kekayaan yang halal bukan dengan cara korupsi, karena korupsi bukan merupakan contoh dari orang yang mempunyai soft skill.Dan contoh-contoh orang yang mempunyai soft skill di antaranya:

 Berpartisipasi dalam tim
 Memimpin sebuah tim
 Menyatukan perbedaan budaya di tengah-tengah tim
 Mengajar orang lain
 Pelatih lain
 Memotivasi orang lain
 Menyediakan layanan
 Berunding
 Pengambilan keputusan
 Pemecahan masalah
 Amati bentuk etiket
 Aktif Mendengarkan
 Menjaga berarti percakapan
 Menjaga berarti percakapan (diskusi / perdebatan)
 Meredakan argumen dengan waktu, instruksi dan sopan, bahasa ringkas
 Meramalkan situasi
 Membangun hubungan
 Komunikasi empati
 Kesadaran diri
 Sikap Proaktif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar